BAB II
PEMBAHASAN
1. Penarikan Aktiva Tetap Dari Pemakaian
Penjualan
Penarikan
(retirements) dapat dilakukan dengan ketiga macam transaksi yang berbeda.
Diantara ketiga macam itu adalah penarikan dapat dilakukan dengan dijual,
ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Tentu
pembuatan jurnalnya pun berbeda, namun yang pasti nilai buku aktiva yang
bersangkutan harus dikeluarkan dari pembukuan. Dalam hal ini, cara yang
dilakukan dengan mengkredit biaya perolehan dan mendebit akumulasi
penyusutannya. Perlu dicatat bahwa suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan
dari pembukuan hanya karena telah habis
masa penyusutannya.
Apabila
suatu aktiva tetap dijual, nilai bukunya dihitung sampai dengan tanggal
penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang
diterima.[1] Nilai buku adalah harga perolehan aktiva
dikurangi dengan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan. Selisih
antara nilai buku dengan jumlah uang yang diterima diakui sebagai laba atau
rugi penjualan tetap.[2]
Jika aktiva tetap dijual maka saldo perkiraan aktiva tetap harus
dihapuskan dengan cara mengkredit perkiraan aktiva tetap sebesar biaya
perolehan, dan begitu juga saldo perkiraan akumulasi penyusutan harus
dihapuskan dengan cara mendebet perkiraan akumulasi penyusutan sebesar jumlah
penyusutan dari tahun pembelian s/d tanggal penjualan.[3]
Misalkan,
kita anggap bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 Januari 199A,
Dijual pada tanggal 1 Juli 199D
dengan Rp. 5000. Harta perolehan mobil adalah Rp. 10.000. Penyusutan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan metode garis lurus atas dasar masa manfaat
lima tahun. Nilai sisa dianggap sama dengan nol.[4]
Nilai buku pada
saat penjualan dihitung sebagai berikut :
Harga perolehan
Rp. 10.000
Akumulasi penyusutan :
Penyusutan tahun 199A Rp 2000
Penyusutan tahun 199B 2000
Penyusutan tahun 199C 2000
Dari
ilustrasi di atas bahwa penyusutan untuk tahun 199D
hanya berjumlah Rp. 1000. Selama enam bulan menghasilkan jumlah penyusutan dari
tanggal 1 Januari 199D sampai saat
dengan penjualan 1 Juli 199D.
Dengan demikian, penyusutan untuk tahun 199D
belum dicatat karena penyuutan dicatat tiap-tiap akhir tahun. Mobil tadi yang
nilai bukunya Rp. 3000 dijual dengan harga Rp. 5000 berarti mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 2000.
Ayat jurnal
untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut :
(1)
(D)
Beban Penyusutan 1. 000
(K) Akumulasi penyusutan
1. 000
(2)
(D) Bank 5.000
(D) Akumulasi
penyusutan 7.000
(K) Kendaraan
10.000
(K) Keuntungan
penjualan aktiva tetap 2.000
Ayat jurnal (1) mencatat penyusutan yang harus dibebankan dari tanggal 1
Januari sampai dengan 1 Juli 200D, saat penjualan dilakukan. Ayat jurnal ini
harus dibuat terlebih dahulu, karena jurnal penyusutan regular baru akan dibuat
akhir tahun. Maka, akumulasi penyusutan untuk aktiva yang bersangkutan menjadi
Rp. 7.000.
Contoh di atas mobil dijual dengan harga di atas nilai bukunya. Apabila
mobil itu dijual dengan harga dibawah nilai bukunya, katakanlah Rp. 2.500, maka
akan rugi sebesar Rp. 500. Maka ayat jurnal sebagai berikut :
(1)
(D)
Beban Penyusutan 1. 000
(K) Akumulasi penyusutan
1. 000
(2)
(D) Bank 5.000
(D) Akumulasi
penyusutan 7.000
(D) Kerugian
penjualan aktiva tetap 5.00
(K) Kendaraam
10.000
Keuntungan atau kerugian yang berasal dari penjualan aktiva tetap,
disajikan sebagai pendapatan atau beban lain-lain dalam laporan laba rugi.[5]
Penukaran
Aktiva
tetap dikatakan tidak lagi mempunyai manfaat atau berkurang manfaatnya, ini
bisa ditukarkan dengan yang lain. Ada beberapa penukaran dalam aktiva tetap,
yaitu penukaran aktiva tetap yang sejenis misalkan mobil dengan mobil, atau
dapat ditukarkan dengan
aktiva tetap tidak sejenis misalkan mobil dengan mesin[6].
Dalam penukaran (trade-in) aktiva tetap, nilai tukarnya (trade-in allowance)
harus ditentukan terlebih dahulu. Dengan demikian, selisih nilai tukar aktiva
lama dengan harga aktiva baru merupakan jumlah yang harus dibayar dan harus
balance.[7]
Apabila
nilai tukarnya lebih besar daripada nilai buku, maka akan diperoleh keuntungan.
Sebaliknya, jika nilai tukar lebih
kecil daripada nilai buku maka penukaran tersebut mendatangkan kerugian.
Berikut pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap, yaitu sebagai
berikut :
a.
Untuk penukaran aktiva tidak sejenis, keuntungan atau kerugian
dibebankan dalam tahun berjalan.
b.
Untuk penukaran aktiva sejenis, keuntungan dikurungkan pada harga
aktiva baru sedang kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
Misalkan, pada tanggal 1 Juli 200D suatu Mesin ditukar dengan Tanah.
Mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 200A
dengan harga Rp. 100.000. harga tanah Rp. 150.000. metode penyusutan yang
digunakan adalah garis lurus dengan masa manfaat 10 tahun. Untuk penukaran ini
mesin sepakat untuk dinilai sebesar Rp. 90.000. jadi nilai tukar Mesin adalah
sejumlah ini. Penghitungan nilai buku yang harus dibayar dan keuntungan dari
penukaran adalah sebagai berikut :
Harga perolehan Mesin Rp.
100.000
Akumulasi penyusutan :
Sampai dengan 31 Desember 200C Rp. 30.000
Harga Tanah Rp. 150.000
Nilai tukar Mesin Rp. 90.000
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk
transaksi tersebut, sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan 5.000
(K)
Akumulasi penyusutan 5.000
(2)
(D) Tanah 150.000
(D) Akumulasi penyusutan 35.000
(K) Mesin
100.000
(K) Bank
60.000
(K) Keuntungan
penukaran aktiva tetap 25.000
Apabila
dalam contoh di atas, penukarannya dilakukan untuk aktiva yang sejenis (Mesin
dengan Mesin ) maka ayat jurnal yang hrus dibuat adalah :
(1)
(D) Beban penyusutan 5.000
(K)
Akumulasi penyusutan 5.000
(2)
(D) Mesin B (baru) 125.000
(D) Akumulasi penyusutan 35.000
(K) Mesin A (lama)
100.000
(K) Bank
60.000
Bahwa nilai Mesin baru seharga Rp. 125.000. jumlah ini merupakan harga
mesin baru dikurangi dengan keuntungan yang ditangguhkan. Perbedaan pencatatan
antara penukaran aktiva sejenis dengan tidak sejenis adalah bahwa dalam
penukaran aktiva sejenis laba dari penukaran tidak diakui. Laba tersebut
dikurangkan pada harga perolehan mesin baru.
Berbanding dengan kasus di atas, penukaran ini dilakukan apabila sejenis
bahwa penukaran Mesin A dengan Mesisn B, nilai tukar Mesin A yang disepakati
bukan Rp. 90.000 tetapi hanya Rp. 50.000. berarti hal ini akan mendatangkan
kerugian. Maka pencatatannya sebagai berikut :
Harga Mesin B Rp.
150.000
Nilai tukar Mesin A 50.000
Ayat jurnal sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan 5.000
(K)
Akumulasi penyusutan 5.000
(2)
(D) Mesin B (baru) 150.000
(D) Akumulasi penyusutan 35.000
(D) Kerugian
karena penukaran
Aktiva tetap
15.000
(K) Mesin A 100.000
(K) Bank 100.000
Penghapusan
Apabila
aktiva tetap sudah tidak mempunyai manfaat lagi, kemungkinan dihapuskan. Hal
ini terjadi apabila aktiva tetap sudah tidak dapat dijual atau ditukarkan. Akan
terjadi kerugian sebesar nilai buku jika aktiva tetap belum disusutkan
penuh dalam penghapusan ini. Maka, ayat jurnal yang perlu dibuat sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan 5.000
(K) Akumulasi
penyusutan 5.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan 35.000
(K) Kerugian penghapusan aktiva tetap
65.000
(K) Mesin
100.000
Dalam
penghapusan, kerugian yang terjadi di penghapusan sama halnya kerugian dari
penjualan. Karena penghapusan aktiva juga dilaporkan sebagai beban lain-lain.
Selain terjadinya penghapusan karena hal di atas, penghapusan aktiva tetap
terjadi karena kejadian yang tidak di inginkan seperti kebakaran. Apabila
aktiva tetap tersebut di asuransikan terhadap kerugian-kerugian di atas, maka
kerugiannya akan di ganti oleh pihak perusahaan asuransi. Sebaliknya,
apabila tidak diasuransikan maka perusahaan menanggung seluruh kerugian
yang terjadi.[8]
Sebagai contoh, anggaplah bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 Januari
200A dengan harga Rp.10.000, pada tanggal 1 Juli 200D mengalami tabrakan berat
sehingga tidak dapat dipakai lagi. Ganti rugi yang diterima dari perusahaan
asuransi adalah Rp. 8.000. Ayat jurnal sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan 1.000
(K) Akumulasi
penyusutan 1.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan 7.000
(D) Kerugian penghapusan aktiva tetap 3.000
(K) Kendaraan 10.000 (3)
(D) Piutang klaim asuransi 8.000
(K) Pendapatan
klaim asuransi 8.000
Ayat jurnal (1) yaitu ayat jurnal untuk mencatat penyusutan dari tanggal
1 Januari 200D sampai dengan 1 Juli 200D, yang belum dicatat. Nilai buku pada
tanggal 1 Juli 200D saat terjadi tabrakan adalah Rp.3000. Ayat jurnal (2)
mencatat penghapusan aktiva tetap, sedang ayat jurnal (3) mencatat klaim
asuransi yang akan diterima.
Apabila mobil tidak diasuransikan, ayat jurnalnya sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan 1.000
(K) Akumulasi
penyusutan 1.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan 7.000
(D Kerugian karena penghapusan
Aktiva tetap 3.000
(K) Kendaraan 10.000
Aktiva Tetap
Bernilai Kecil
Salah satu kritaria untuk dapat dikategorikan sebagai akativa tetap
adalah nilainya yang besar. Aktiva
tetap yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya
pada saat perolehan. Adapun pengeluaran untuk aktiva-aktiva tetap yang nilainya
kecil, misalnya suku cadang, dikapitalisir maka pencatatannya dapat
dikelompokkan menjadi satu. Maka, penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan
dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiv tetap yang masih tersisa.
2.
Pencatatan Pengeluaran Modal Dan
Pengeluaran Pendapatan
Pengeluaran
Modal
Pengeluaran modal
adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir
). Dalam pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan
(maintenance), penambahan (additions),
penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi
pengeluaran modal (capital expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue
expenditures) itu termasuk biaya-biaya yang muncul selama penggunaan tetap.
Pengeluaran-pengeluaran
yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam
kategori ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan
pengeluaran modal. Demikian juga halnya
dengan pengeluaran-pengeluaran yang menambah efisiensi, memperpanjang umur
aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Pengeluaran modal
dicatat sebagai debit pada perkiraan : aktiva ataupun akumulasi penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran
untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat
dalam perkiraan aktiva sedangkan utnuk perbaikan besar-besaran yang akan
memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debit pada perkiraan akumulasi
penyusutan.
Untuk menggambarkan aktiva tetap dalam pengeluaran modal adalah sebagai
berikut : bahwa penambahan sebuah teras terhadap gedung yang telah dimiliki
oleh suatu perusahaan menghabiskan biaya sebesar Rp. 25.000. Ayat jurnalnya
sebagai berikut :
(D) Gedung/bangunan 25.000
(K) Bank
25.000
Contoh masalah penggantian aktiva, anggaplah bahwa suatu generator yang
nilai bukunya tinggal Rp.600 (harga perolehan Rp.3000; akumulasi penyusutan
Rp.2.400) diganti dengan generator baru yang dibeli dengan harga Rp.5.000. ayat
jurnal sebagai berikut :
(1)
(D) Mesin-mesin
5.000
(K) Bank
5.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan 2.400
(D) Kerugian penghapusan aktiva tetap 600
(K) Mesin-mesin 3.000
Pengeluaran Pendapatan
Pengeluaran pendapatan
adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun
dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran
akan dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan
contoh dari jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang
terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan
adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik. Yang
termasuk dalam pengeluaran pendapatan seperti perbaikan rutin yaitu mengganti
sekrup dan baut serta suku cadang yang tidak penting. Dengan demikian,
dibebankan sebagai biaya pada saat terjadinya.[9]
3. Pencatatan Perolehan Aktiva Tak Berwujud
Aktiva Tak
Berwujud
Aktiva tak berwujud
adalah aktiva tetap perusahaan yang secara phisik tidak dapat dinyatakan . Contoh Aktiva tak
berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya
ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tak berwujud
dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.[10]
Apabila suatu aktiva
tak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga
beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya –biaya tambahan
untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaris
serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tak berwujud
diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan
adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan
biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Hak paten adalah hak
yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten) kepada perusahaan atau
seseorang atas suatau penemuan baru. Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17
tahun.
Hak Cipta adalah hak yang diberikan oleh
pemerintah ( Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas
karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan.hak ini diberikan untuk selama
penciptanya masih hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Hak merek
juga dikeluarkan oleh Direktorat Paten. Ketentuan mengenai merek diatur melalui
undang-undang No. 21 tahun 1961. Merek menurut ketentuan undang-undang ini
adalah tanda yang digunakan untuk membedakan barang-barang produksi atau
barang-barang perniagaan seseorang atau perusahaan lain.
Biaya yang ditangguhkan
adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan dalam periode terjadinya karena
memberikan manfaat di masa datang misalnya biaya operasi, biaya emisi saham dan
biaya pendirian. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan usaha mendirikan perusahaan yang termasuk biaya ini adalah biaya untuk
memperoleh izin usaha, izin penanaman modal dan
lain-lain. Biaya emisi saham adalah
biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penjualan saham kepada masyarakat.
Biaya pra operasi
(preoperating cost ) adalah biaya –biaya yang terjadi mulai dari saat
mendirikan sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Biaya
administrasi, umum ,penjualan dan
produksi , dikapitalisir sebagai
biaya pra operasi.
Aktiva tetap tak berwujud dibukukan sebesar biaya perolehannya. Maksud biaya perolehan yaitu jumlah uang yang
dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tak berwujud. Misalnya untuk memperoleh hak
cipta dikeluarkan biaya sebesar Rp. 1.200.000 pada tanggal 10 Januari. Jurnal
yang dibuat sebagai berikut :[11]
Tanggal
|
Nama Perkiraan
|
Debet (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
Januari 10
|
Hak cipta
Kas
|
1.200.000
|
1.200.000
|
4. Pencatatan Amortasi Atau Deplesi
Amortasi
Beberapa perusahaan memiliki jenis aktiva tetap yang tidak dapat
diperbaharui atau diganti pada saat nilai ekonomisnya sampai pada titik yang
rendah. Seperti perusahaan pertambangan dan kehutanan memiliki suatu jenis
aktiva tetap yang tida dapat diperbaharui dan harus dicari yang baru lagi jika
ingin memilikinya. Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai
sumber alam seperti tanbang dan kayu yang disebabkan oleh proses perubahan
sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan.[12]
Pengurangan nilai suatu
aktiva tak berwujud yang secara berkala dibebankan
sebagai biaya disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud
pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari
sudut kemungkinan amortisasinya , aktiva tak berwujud
dapat digolongkan sebagai :
a. Aktiva
tak berwujud yang adanya dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau
persetujuan, misalnya hak paten, hak
cipta dan hak merek.
b. Aktiva
tak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan pada waktu perolehannya tidak ada
petunjuk mengenai usianya yang terbatas, misalnya biaya pendirian dan biaya pra
operasi
Harga perolehan aktiva
tak berwujud kategori : (a) Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan
dalam ketentuan. Bila ternyata jangka waktu
kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan
koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam kategori (b) diamortisasikan
sesuai pertimbangan perusahaan , asalkan amortisasi
tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan
mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit perkiraan akumulasi
amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan.
Pencatatannya, Anggaplah bahwa untuk
memperoleh suatu hak paten, perusahaan telah megeluarkan uang sebesar
Rp.25.000.000 . Perolehan ini dicatat
sebagai berikut :
(D) Hak
paten
25.000.000
(K) Bank
25.000.000
Anggaplah juga masa
manfaat hak paten tersebut adalah 10 tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten
ini, dengan demikian adalah
: 10 % x Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang harus
dibuat adalah :
(D) Biaya
amortisasi
2.500.000
(K) Hak
paten
2.500.000
Untuk menggambarkan
pencatatan biaya riset dan pengembangan, anggaplah bahwa suatu perusahaan telah
mengeluarkan biaya riset dan pengembangan sebesar Rp.10.000.000 dalam tahun 199
A dan Rp. 12.000.000 selama tahun 199 B. Biaya riset dan pengembangan ini
merupakan biaya rutin yang selalu dianggarkan oleh perusahaan . Ayat jurnal
yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi yaitu :
199 A
(D) Biaya riset dan pengembangan
10.000.000
(K)
Bank
10.000.000
199 B
(D) Biaya riset dan pengembangan
12.000.000
(K)
Bank
12.000.000
Apabila riset dan
pengembangan tersebut diatas dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat
diidentifikasikan secara spesifik, maka isi debit dari
ayat-ayat jurnal diatas diganti dengan pos aktiva : Biaya riset dan pengembangan
belum dialokasikan. Apabila, kemudian dapat
dipastikan bahwa riset dan pengembangan untuk produk spesifik tadi dinyatakan
gagal, ayat jurnal berikut yang perlu dibuat :
(D) Biaya riset dan
pengembangan 22.000.000
(K) Biaya riset dan pengembangan
belum
dialokasikan
22.000.000
Hak Pengusahaan
Sumber Alam
Suatu perusahaan
mungkin memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber alam
tertentu . Biasanya untuk
memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus
membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak penguasan
sumber-sumber alam dicatat sebagai aktiva tetap dan diamortisasikan.[13]
Seperti halnya aktiva
tak berwujud, biaya-biaya sehubungan
dengan penguasaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang nilainya yang
disebabkan oleh tambangnya sumber tersebut. Pengurangan nilai itu secara
berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal sumber-sumber
alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengn penyusutan
pada aktiva tetap berwujud dan pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode
unit produksi.
Sebagai contoh
anggaplah sebuah perusahaan harus membayar Rp 1.000.000.000 untuk mendapatkan
hak eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi disuatu daerah. Ayat jurnal yang
perlu dibuat yaitu :
(D) Hak penguasaan sumber alam
1.000.000.000
(K)
Bank
1.000.000.000
Anggaplah juga bahwa
setelah mengadakan eksplorasi dan pengembangan cadangan minyak yang diperoleh
adalah 500.000.000 barel. Selama tahun 199A perusahaan tersebut
memproduksi 60.000.000 barel. Tarif deplesi dihitung sebgai berikut :
500.000.000
Biaya deplesi untuk
tahun 199A adalah Rp. 120.000.000 (12 % x Rp.1.000.000.000) . Ayat jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
(D) Biaya
deplesi
120.000.000
(K)
Hak penguasaan sumber
alam
120.000.000
Karena cadangan minyak serta biaya-biaya eksplorasi dan pengembangan selalu
berubah maka biasanya tarif deplesi diterapkan tiap-tiap tahunnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Selain transaksi-transaksi penting di luar perolehan dan penyusutan
aktiva tetap berwujud dan aktiva tak berwujud. Transaksi-transaksi itu meliputi
penjualan, penukaran dan penghapusan yang secara umum disebut penarikan dan
pemakaian. Diatas juga dijelaskan masalah cara pencatatan pengeluaran modal dan
pengeluaran pendapatan, selanjutnya dalam aktiva tak berwujud mencakup
akuntansi untuk hak pengelolaan sumber-sumber alam dan aktiva tak berwujud
lainnya. Dalam penarikan
(retirements) dapat dilakukan dengan ketiga macam transaksi yang berbeda.
Diantara ketiga macam itu adalah penarikan dapat dilakukan dengan dijual,
ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Aktiva
juga bisa ditukarkan apabila, Aktiva tetap dikatakan tidak lagi mempunyai
manfaat atau berkurang manfaatnya, ini bisa ditukarkan dengan yang lain. Bisa
juga apabila aktiva tetap sudah tidak mempunyai manfaat lagi, kemungkinan
dihapuskan.
Salah satu kritaria untuk dapat dikategorikan sebagai akativa tetap
adalah nilainya yang besar. Pengeluaran modal
adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir
). Dalam pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan
(maintenance),penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan
(repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital expenditures)
and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures) itu termasuk biaya-biaya
yang muncul selama penggunaan tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar
Akuntansi, edisi 6. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta
: Erlangga.
Soemarso S.R, 2002. Akuntansi Suatu
Pengantar 2, edisi 4. Jakarta : PT Aneka Cipta.
Soemarso S.R, 2005. Akuntansi Suatu
Pengantar 2, edisi 5 . Jakarta : Salemba Empat.
Yusuf, Junaedi. Tt. Akuntansi
Berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia . Jakarta: PT Ercito Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar