Senin, 06 Mei 2013

Penarikan Aktiva Tetap



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Penarikan Aktiva Tetap Dari Pemakaian
Penjualan
Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan ketiga macam transaksi yang berbeda. Diantara ketiga macam itu adalah penarikan dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Tentu pembuatan jurnalnya pun berbeda, namun yang pasti nilai buku aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari pembukuan. Dalam hal ini, cara yang dilakukan dengan mengkredit biaya perolehan dan mendebit akumulasi penyusutannya. Perlu dicatat bahwa suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan dari pembukuan  hanya karena telah habis masa penyusutannya.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, nilai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima.[1] Nilai buku adalah harga perolehan aktiva dikurangi dengan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan. Selisih antara nilai buku dengan jumlah uang yang diterima diakui sebagai laba atau rugi penjualan tetap.[2]
Jika aktiva tetap dijual maka saldo perkiraan aktiva tetap harus dihapuskan dengan cara mengkredit perkiraan aktiva tetap sebesar biaya perolehan, dan begitu juga saldo perkiraan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan cara mendebet perkiraan akumulasi penyusutan sebesar jumlah penyusutan dari tahun pembelian s/d tanggal penjualan.[3]
Misalkan, kita anggap bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 Januari 199A, Dijual pada tanggal 1 Juli 199D dengan Rp. 5000. Harta perolehan mobil adalah Rp. 10.000. Penyusutan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode garis lurus atas dasar masa manfaat lima tahun. Nilai sisa dianggap sama dengan nol.[4]
Nilai buku pada saat penjualan dihitung sebagai berikut :
Harga perolehan                                                                     Rp. 10.000
Akumulasi penyusutan :
Penyusutan tahun 199A           Rp                  2000
Penyusutan tahun 199B                                  2000
Penyusutan tahun 199C                                  2000
Penyusutan tahun 199D                                  1000                       7000
             Nilai buku 1 Juli 199D                                                            Rp. 3.000

Dari ilustrasi di atas bahwa penyusutan untuk tahun 199D hanya berjumlah Rp. 1000. Selama enam bulan menghasilkan jumlah penyusutan dari tanggal 1 Januari 199D sampai saat dengan penjualan 1 Juli 199D. Dengan demikian, penyusutan untuk tahun 199D belum dicatat karena penyuutan dicatat tiap-tiap akhir tahun. Mobil tadi yang nilai bukunya Rp. 3000 dijual dengan harga Rp. 5000 berarti mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2000.
Ayat jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut :
  (1)
 (D) Beban Penyusutan                                    1. 000
 (K)      Akumulasi penyusutan                                                  1. 000
(2)

(D) Bank                                                         5.000
(D)       Akumulasi penyusutan                        7.000
(K)                               Kendaraan                                           10.000
(K)                               Keuntungan penjualan aktiva tetap    2.000

Ayat jurnal (1) mencatat penyusutan yang harus dibebankan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 1 Juli 200D, saat penjualan dilakukan. Ayat jurnal ini harus dibuat terlebih dahulu, karena jurnal penyusutan regular baru akan dibuat akhir tahun. Maka, akumulasi penyusutan untuk aktiva yang bersangkutan menjadi Rp. 7.000.
Contoh di atas mobil dijual dengan harga di atas nilai bukunya. Apabila mobil itu dijual dengan harga dibawah nilai bukunya, katakanlah Rp. 2.500, maka akan rugi sebesar Rp. 500. Maka ayat jurnal sebagai berikut :
  (1)
 (D) Beban Penyusutan                                    1. 000
 (K)      Akumulasi penyusutan                                                  1. 000
(2)

(D) Bank                                                         5.000
(D)       Akumulasi penyusutan                        7.000
(D)  Kerugian penjualan aktiva tetap                5.00
(K)                   Kendaraam                                                      10.000
Keuntungan atau kerugian yang berasal dari penjualan aktiva tetap, disajikan sebagai pendapatan atau beban lain-lain dalam laporan laba rugi.[5]
Penukaran
Aktiva tetap dikatakan tidak lagi mempunyai manfaat atau berkurang manfaatnya, ini bisa ditukarkan dengan yang lain. Ada beberapa penukaran dalam aktiva tetap, yaitu penukaran aktiva tetap yang sejenis misalkan mobil dengan mobil, atau dapat ditukarkan dengan aktiva tetap tidak sejenis misalkan mobil dengan mesin[6]. Dalam penukaran (trade-in) aktiva tetap, nilai tukarnya (trade-in allowance) harus ditentukan terlebih dahulu. Dengan demikian, selisih nilai tukar aktiva lama dengan harga aktiva baru merupakan jumlah yang harus dibayar dan harus balance.[7]
Apabila nilai tukarnya lebih besar daripada nilai buku, maka akan diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku maka penukaran tersebut mendatangkan kerugian. Berikut pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap, yaitu sebagai berikut :
a.       Untuk penukaran aktiva tidak sejenis, keuntungan atau kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
b.      Untuk penukaran aktiva sejenis, keuntungan dikurungkan pada harga aktiva baru sedang kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
Misalkan, pada tanggal 1 Juli 200D suatu Mesin ditukar dengan Tanah. Mesin dibeli pada tanggal 2 Januari  200A dengan harga Rp. 100.000. harga tanah Rp. 150.000. metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus dengan masa manfaat 10 tahun. Untuk penukaran ini mesin sepakat untuk dinilai sebesar Rp. 90.000. jadi nilai tukar Mesin adalah sejumlah ini. Penghitungan nilai buku yang harus dibayar dan keuntungan dari penukaran adalah sebagai berikut :
Harga perolehan Mesin                                                                Rp. 100.000
Akumulasi penyusutan :
Sampai dengan 31 Desember 200C              Rp. 30.000
Tahun 200D (s/d Juli)                                            5.000             35.000
Nilai buku pada saat penukaran                                                    Rp. 65. 000
Harga Tanah                                                                                  Rp. 150.000
Nilai tukar Mesin                                                                                 90.000
Jumlah yang harus dibayar                                                             Rp.  60.000
Nilai tukar Mesin                                                                           Rp. 90.000
Nilai buku Mesin                                                                     65.000
Keuntungan dari penukaran                                                          Rp. 25.000

Ayat jurnal yang harus dibuat untuk transaksi tersebut, sebagai berikut :

(1)
(D) Beban penyusutan                        5.000
(K)       Akumulasi penyusutan                                      5.000
(2)
(D) Tanah                                            150.000
(D) Akumulasi penyusutan                 35.000
(K)       Mesin                                                              100.000
(K)       Bank                                                                    60.000
(K)       Keuntungan penukaran aktiva tetap                   25.000


Apabila dalam contoh di atas, penukarannya dilakukan untuk aktiva yang sejenis (Mesin dengan Mesin ) maka ayat jurnal yang hrus dibuat adalah :

(1)
(D) Beban penyusutan                        5.000
(K)       Akumulasi penyusutan                                   5.000
(2)
(D) Mesin B (baru)                              125.000
(D) Akumulasi penyusutan                 35.000
(K)       Mesin  A (lama)                                                          100.000
(K)       Bank                                                                              60.000
Bahwa nilai Mesin baru seharga Rp. 125.000. jumlah ini merupakan harga mesin baru dikurangi dengan keuntungan yang ditangguhkan. Perbedaan pencatatan antara penukaran aktiva sejenis dengan tidak sejenis adalah bahwa dalam penukaran aktiva sejenis laba dari penukaran tidak diakui. Laba tersebut dikurangkan pada harga perolehan mesin baru.
Berbanding dengan kasus di atas, penukaran ini dilakukan apabila sejenis bahwa penukaran Mesin A dengan Mesisn B, nilai tukar Mesin A yang disepakati bukan Rp. 90.000 tetapi hanya Rp. 50.000. berarti hal ini akan mendatangkan kerugian. Maka pencatatannya sebagai berikut :
Harga Mesin B                                                                             Rp. 150.000
Nilai tukar Mesin A                                                                              50.000
Jumlah yang harus dibayar                                                           Rp. 100.000
Nilai tukar Mesin A                                                                              50.000            
Nilai buku Mesin A                                                                      Rp.   65. 000
Kerugian karena penukaran                                                         Rp.   15.000
Ayat jurnal sebagai berikut :

(1)
(D) Beban penyusutan                        5.000
(K)       Akumulasi penyusutan                                                           5.000
(2)
(D) Mesin B (baru)                              150.000
(D) Akumulasi penyusutan                    35.000
(D)       Kerugian karena penukaran                           
                                    Aktiva tetap        15.000
(K) Mesin A                                                                                     100.000
(K) Bank                                                                                          100.000


Penghapusan
Apabila aktiva tetap sudah tidak mempunyai manfaat lagi, kemungkinan dihapuskan. Hal ini terjadi apabila aktiva tetap sudah tidak dapat dijual atau ditukarkan. Akan terjadi kerugian sebesar nilai buku jika aktiva tetap belum disusutkan penuh dalam penghapusan ini. Maka, ayat jurnal yang perlu dibuat sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan                                       5.000
(K)                   Akumulasi penyusutan                                    5.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan                    35.000
(K) Kerugian penghapusan aktiva tetap 65.000
(K) Mesin                                                                                100.000
Dalam penghapusan, kerugian yang terjadi di penghapusan sama halnya kerugian dari penjualan. Karena penghapusan aktiva juga dilaporkan sebagai beban lain-lain. Selain terjadinya penghapusan karena hal di atas, penghapusan aktiva tetap terjadi karena kejadian yang tidak di inginkan seperti kebakaran. Apabila aktiva tetap tersebut di asuransikan terhadap kerugian-kerugian di atas, maka kerugiannya akan di ganti oleh pihak perusahaan asuransi. Sebaliknya, apabila tidak diasuransikan maka perusahaan menanggung seluruh kerugian yang terjadi.[8]
Sebagai contoh, anggaplah bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 Januari 200A dengan harga Rp.10.000, pada tanggal 1 Juli 200D mengalami tabrakan berat sehingga tidak dapat dipakai lagi. Ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi adalah Rp. 8.000. Ayat jurnal sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan                                    1.000
(K)                   Akumulasi penyusutan                                    1.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan                   7.000
(D) Kerugian penghapusan aktiva tetap 3.000
(K) Kendaraan                                                                        10.000                                                                         (3)                               
(D) Piutang klaim asuransi                      8.000
(K)                   Pendapatan klaim asuransi                                 8.000

Ayat jurnal (1) yaitu ayat jurnal untuk mencatat penyusutan dari tanggal 1 Januari 200D sampai dengan 1 Juli 200D, yang belum dicatat. Nilai buku pada tanggal 1 Juli 200D saat terjadi tabrakan adalah Rp.3000. Ayat jurnal (2) mencatat penghapusan aktiva tetap, sedang ayat jurnal (3) mencatat klaim asuransi yang akan diterima.
Apabila mobil tidak diasuransikan, ayat jurnalnya sebagai berikut :
(1)
(D) Beban penyusutan                                    1.000
(K)                   Akumulasi penyusutan                                                  1.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan                                         7.000
(D Kerugian karena penghapusan
 Aktiva tetap    3.000
(K) Kendaraan                                                                                    10.000

Aktiva Tetap Bernilai Kecil
Salah satu kritaria untuk dapat dikategorikan sebagai akativa tetap adalah nilainya yang besar. Aktiva tetap yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat perolehan. Adapun pengeluaran untuk aktiva-aktiva tetap yang nilainya kecil, misalnya suku cadang, dikapitalisir maka pencatatannya dapat dikelompokkan menjadi satu. Maka, penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiv tetap yang masih tersisa.
2.        Pencatatan Pengeluaran Modal Dan Pengeluaran Pendapatan
Pengeluaran Modal
Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir ). Dalam pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures) itu termasuk biaya-biaya yang muncul selama penggunaan tetap.
Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam kategori ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan pengeluaran modal. Demikian juga halnya dengan pengeluaran-pengeluaran yang menambah efisiensi, memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan : aktiva ataupun akumulasi penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat dalam perkiraan aktiva sedangkan utnuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat  sebagai debit pada perkiraan akumulasi penyusutan.
Untuk menggambarkan aktiva tetap dalam pengeluaran modal adalah sebagai berikut : bahwa penambahan sebuah teras terhadap gedung yang telah dimiliki oleh suatu perusahaan menghabiskan biaya sebesar Rp. 25.000. Ayat jurnalnya sebagai berikut :
(D) Gedung/bangunan                                   25.000
(K)                   Bank                                                                25.000
Contoh masalah penggantian aktiva, anggaplah bahwa suatu generator yang nilai bukunya tinggal Rp.600 (harga perolehan Rp.3000; akumulasi penyusutan Rp.2.400) diganti dengan generator baru yang dibeli dengan harga Rp.5.000. ayat jurnal sebagai berikut :
(1)
(D) Mesin-mesin                                    5.000
(K)                   Bank                                                                5.000
(2)
(D) Akumulasi penyusutan                    2.400
(D) Kerugian penghapusan aktiva tetap    600
(K)                   Mesin-mesin                                                    3.000  
Pengeluaran Pendapatan
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran akan dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik. Yang termasuk dalam pengeluaran pendapatan seperti perbaikan rutin yaitu mengganti sekrup dan baut serta suku cadang yang tidak penting. Dengan demikian, dibebankan sebagai biaya pada saat terjadinya.[9]

3.      Pencatatan Perolehan Aktiva Tak Berwujud
Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara phisik tidak dapat dinyatakan . Contoh Aktiva tak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek,  biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.[10]
Apabila suatu aktiva tak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya –biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaris serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Hak paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas suatau penemuan baru. Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17 tahun.
 Hak Cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah ( Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan.hak ini diberikan untuk selama penciptanya masih hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Hak merek juga dikeluarkan oleh Direktorat Paten. Ketentuan mengenai merek diatur melalui undang-undang No. 21 tahun 1961. Merek menurut ketentuan undang-undang ini adalah tanda yang digunakan untuk membedakan barang-barang produksi atau barang-barang perniagaan seseorang atau perusahaan lain.
Biaya yang ditangguhkan adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan dalam periode terjadinya karena memberikan manfaat di masa datang misalnya biaya operasi, biaya emisi saham dan biaya pendirian. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha mendirikan perusahaan yang termasuk biaya ini adalah biaya untuk memperoleh izin usaha, izin penanaman modal dan lain-lain. Biaya emisi saham adalah biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penjualan saham kepada masyarakat.
Biaya pra operasi (preoperating cost ) adalah biaya –biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Biaya administrasi, umum ,penjualan dan produksi , dikapitalisir sebagai biaya pra operasi.
Aktiva tetap tak berwujud dibukukan sebesar biaya perolehannya.  Maksud biaya perolehan yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tak berwujud. Misalnya untuk memperoleh hak cipta dikeluarkan biaya sebesar Rp. 1.200.000 pada tanggal 10 Januari. Jurnal yang dibuat sebagai berikut :[11]
Tanggal
Nama Perkiraan
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
Januari 10
Hak cipta
               Kas
1.200.000

1.200.000

4.      Pencatatan Amortasi Atau Deplesi
Amortasi
Beberapa perusahaan memiliki jenis aktiva tetap yang tidak dapat diperbaharui atau diganti pada saat nilai ekonomisnya sampai pada titik yang rendah. Seperti perusahaan pertambangan dan kehutanan memiliki suatu jenis aktiva tetap yang tida dapat diperbaharui dan harus dicari yang baru lagi jika ingin memilikinya. Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai sumber alam seperti tanbang dan kayu yang disebabkan oleh proses perubahan sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan.[12]
Pengurangan nilai suatu aktiva tak berwujud yang secara berkala dibebankan sebagai biaya disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya , aktiva tak berwujud dapat digolongkan sebagai :
a.  Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan hak merek.
b.  Aktiva tak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usianya yang terbatas, misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi

Harga perolehan aktiva tak berwujud kategori : (a) Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan dalam ketentuan. Bila ternyata jangka waktu kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam kategori (b) diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan , asalkan amortisasi tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan.
Pencatatannya, Anggaplah bahwa untuk memperoleh suatu hak paten, perusahaan telah megeluarkan uang sebesar Rp.25.000.000 . Perolehan ini dicatat sebagai berikut :
            (D)  Hak paten                                                25.000.000
            (K)       Bank                                                                25.000.000

Anggaplah juga masa manfaat hak paten tersebut adalah 10 tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten ini, dengan demikian adalah : 10 % x  Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang harus dibuat adalah :
            (D)  Biaya amortisasi                             2.500.000
            (K)       Hak paten                                                          2.500.000

         Untuk menggambarkan pencatatan biaya riset dan pengembangan, anggaplah bahwa suatu perusahaan telah mengeluarkan biaya riset dan pengembangan sebesar Rp.10.000.000 dalam tahun 199 A dan Rp. 12.000.000 selama tahun 199 B. Biaya riset dan pengembangan ini merupakan biaya rutin yang selalu dianggarkan oleh perusahaan . Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi yaitu :

                                                            199 A
            (D) Biaya riset dan pengembangan        10.000.000
            (K)       Bank                                                                10.000.000
                                                            199 B
            (D) Biaya riset dan pengembangan        12.000.000
            (K)       Bank                                                                  12.000.000
Apabila riset dan pengembangan tersebut diatas dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasikan secara spesifik, maka isi debit dari ayat-ayat jurnal diatas diganti dengan pos aktiva : Biaya riset dan pengembangan belum dialokasikan. Apabila, kemudian dapat dipastikan bahwa riset dan pengembangan untuk produk spesifik tadi dinyatakan gagal, ayat jurnal berikut yang perlu dibuat :
           
            (D) Biaya riset dan pengembangan         22.000.000
            (K)       Biaya riset dan pengembangan
                        belum dialokasikan                                           22.000.000

Hak Pengusahaan Sumber Alam
Suatu perusahaan mungkin memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber alam tertentu . Biasanya untuk memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak penguasan sumber-sumber alam dicatat sebagai aktiva tetap dan diamortisasikan.[13]
Seperti halnya aktiva tak berwujud, biaya-biaya sehubungan dengan penguasaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang nilainya yang disebabkan oleh tambangnya sumber tersebut. Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal sumber-sumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengn penyusutan pada aktiva tetap berwujud dan pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi.
Sebagai contoh anggaplah sebuah perusahaan harus membayar Rp 1.000.000.000 untuk mendapatkan hak eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi disuatu daerah. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
            
             (D) Hak penguasaan sumber alam       1.000.000.000
             (K)        Bank                                                                         1.000.000.000


Anggaplah juga bahwa setelah mengadakan eksplorasi dan pengembangan cadangan minyak yang diperoleh adalah 500.000.000 barel. Selama tahun 199A perusahaan tersebut  memproduksi 60.000.000 barel. Tarif deplesi dihitung sebgai berikut :

Tarif deplesi =  Rp.60.000.000       = 12 %
                                         500.000.000

Biaya deplesi untuk tahun 199A adalah Rp. 120.000.000 (12 % x Rp.1.000.000.000) . Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(D) Biaya deplesi                                   120.000.000
(K)       Hak penguasaan sumber alam                                     120.000.000

Karena cadangan minyak serta biaya-biaya eksplorasi dan pengembangan selalu berubah maka biasanya tarif deplesi diterapkan tiap-tiap tahunnya.




BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Selain transaksi-transaksi penting di luar perolehan dan penyusutan aktiva tetap berwujud dan aktiva tak berwujud. Transaksi-transaksi itu meliputi penjualan, penukaran dan penghapusan yang secara umum disebut penarikan dan pemakaian. Diatas juga dijelaskan masalah cara pencatatan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan, selanjutnya dalam aktiva tak berwujud mencakup akuntansi untuk hak pengelolaan sumber-sumber alam dan aktiva tak berwujud lainnya. Dalam penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan ketiga macam transaksi yang berbeda. Diantara ketiga macam itu adalah penarikan dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Aktiva juga bisa ditukarkan apabila, Aktiva tetap dikatakan tidak lagi mempunyai manfaat atau berkurang manfaatnya, ini bisa ditukarkan dengan yang lain. Bisa juga apabila aktiva tetap sudah tidak mempunyai manfaat lagi, kemungkinan dihapuskan.
Salah satu kritaria untuk dapat dikategorikan sebagai akativa tetap adalah nilainya yang besar. Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir ). Dalam pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan (maintenance),penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures) itu termasuk biaya-biaya yang muncul selama penggunaan tetap.



DAFTAR PUSTAKA


Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi, edisi 6. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Erlangga.
Soemarso S.R, 2002. Akuntansi Suatu Pengantar 2, edisi 4. Jakarta : PT Aneka Cipta.
Soemarso S.R, 2005. Akuntansi Suatu Pengantar 2, edisi 5 . Jakarta : Salemba Empat.
Yusuf, Junaedi. Tt. Akuntansi Berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia . Jakarta: PT Ercito Rajawali.


[1] Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar 2, edisi 5 (Jakarta : Salemba Empat, 2005) hlm. 44-45
[2] Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta : Erlangga, 2009). Hlm. 281
[3] Junaedi Yusuf, Akuntansi Berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia (Jakarta: PT Ercito Rajawali, tt ) hlm.112
[4] Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar 2, edisi 4 (Jakarta : PT Aneka Cipta, 2002) hlm. 49-50
[5] Soemarso, Op.cit. hlm. 45
[6] Jusup,Haryono. Dasar-dasar Akuntansi, edisi 6. (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001) hlm.198-200
[7] Soemarso, ibid, hlm . 51-54
[8] Soemarso, Op,cit. hlm. 54-56
[9] Soemarso, Op.cit. hlm. 59-61
[10] Soemarso, Op.cit. hlm. 52-53
[11] Junaedi Yusuf, Op.cit. hlm. 121-122
[12] Rudianto, Op.cit. hlm. 284
[13] Soemarso, ibid. 62-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar